Pak jalal..

Kadang sulit memisahkan menyombongkan diri atau ingin berbagi, persis seperti pak Jalal dalam mini seri Para Pencari Tuhan yang kesannya menyombong tapi sebenarnya banyak pelajaran yang baik dibalik ucapannya yang bernada sombong tersebut. Hal ini juga terjadi pada tulisan ini, karena tulisan ini idenya muncul ketika kemaren ketika gosok gigi sebelum tidur, tiba-tiba saya teringat belum shalat isya. Saya jadi mikir, betapa jarangnya saya shalat isya di rumah (dan mungkin juga shalat-shalat fardhu yang lain), dimana rata-rata saya laksanakan di masjid baik di depan rumah, atau di mushalla di mall atau kantor. Ini bukan ungkapan sombong tapi sekedar berbagi tentang sunnah melakukan shalat fardhu di masjid (khusus laki-laki, karena wanita sebaik-baiknya shalat adalah di rumah).

Ingat sunnah, dari kecil kita telah dijajali arti dari kata sunat (sunnah) dimana jika dilakukan berpala sedangkan jika ditinggalkan tidak berdosa. Tidak ada yang salah dengan pengertian tersebut, tapi yang salah adalah salah kaprah dalam penerapannya. Ketika orang bilang suatu yang sunnah itu tidak berdosa, orang dengan enteng meninggalkannya, padahal kalau kita boleh berpatokan, semua yang disebut sunnah adalah semua contoh yang di perlihatkan Nabi saw. Kita tidak bisa meninggalkan apa yang dicontohkan Nabi, Al Qur’an hanya memberi panduan, sementara contohnya ada pada diri Rasulullah saw. Sebagai contoh shalat, Al-Qur’an mengatur berapa rakaat shalat, tapi tata cara shalat semuanya berdasarkan contoh Nabi saw. Jadi tidak pantas rasanya kalau kita bilang apa yang di contohkan Nabi bernilai sunat, tidak wajib diikuti, justru harus sebaliknya, karena contoh dan patokan kita adalah Nabi saw makanya harus diikuti.

Ada juga yang berpendapat bahwa beliau hanyalah manusia. Pendapat yang tidak salah, tapi beliau adalah manusia pilihan. Benar adanya beliau pernah salah, cuma bedanya dengan kita manusia biasa, ketika beliau salah beliau langsung diingatkan oleh Allah swt akan kesalahannya, sehingga akhirnya beliau mengkoreksi sendiri kesalahan sebelumnya sehingga apapun contoh yang beliau tunjukkan ke kita adalah contoh yang benar, jangan ada keraguan untuk mencontoh dan menerapkannya jika kita mengaku umat Muhammad, dan rasulullah saw pun menjanjikan akan memberikan syafaat untuk mereka yang mengikutinya, dan beliau juga pernah mengatakan bahwa beliau akan berada diantara orang-orang yang mengikutinya di akhirat kelak, so hayoo perbaharui ibadah kita, sesungguhnya aktualitasasi ibadah adalah hal yang muntak, jangan menjadikan ibadah seperti budaya yang hanya turun temurun dari orang tua tanpa landasannya Al-Qur’an, hadist atau sunnahnya. Ga ada yang salah jika kita memperbaharui cara beribadah, selalu semua itu didasari oleh hukum (al qur’an atau dari hadist dan sunnah) yang jelas.

Naah, kembali ke topik diatas, sesungguhnya apa yang saya lakukan itu juga tidak benar, karena Nabi saw mengatakan bahwa rumahpun jangan dibiarkan gak pernah digunakan untuk shalat, sehingga beliau mencontohkan hanya melakukan shalat wajid di masjid, sementara shalat sunnah beliau lakukan di rumah. Masalah, bagi saya suka males, kalau udah sampai di rumah, godaan untuk melanjutkan dengan shalat sunnah sangat besar, sehingga sering tidak kesampaian. Maka dari itu, kadang suka melakukannya di masjid saja, daripada tidak sama sekali. Semoga kedepan dapat disempurnakan.

Haah, jam 1… daah tiduurrr… (liat city of blood sebentar..) ^^

Tinggalkan komentar